Lilis Kustriani, Sepenggal Kisah Inspiratif 40 Tahun Mengabdi Di Dunia Pendidikan

Pendidikan

Tahun 2013, Lilis Kustriani bersama Nurdahniar mendapatkan kesempatan mengikuti tes Calon kepala Sekolah dan dinyatakan tes itu lolos, hingga mengikuti pelatihan kepala sekolah di Lembaga Pelatihan Kepemimpinan Kepala Sekolah (LPKKS) di Solo selama 10 (sepuluh) hari. Pulang dari Solo diangkat menjadi KS di SD Negeri Kampung Sawah.

Perjuangan Membangun SDN Kampung Sawah Kota Bogor

Menjadi kepala sekolah bukan hanya anak didik yang dihadapi, tetapi juga dengan guru-guru bagaimana cara bekerjasama untuk menjadikan sekolah yang diminati masyarakat sekitar.

Dirinya heran ketika pertama kali berjalan menuju sekolah melihat banyak anak-anak berseragam SD berjalan berlawanan arah, mereka (siswa) sekolah diluar lingkungan kampung sawah. Ia pun bergauman ada apa gerangan?

Ternyata, SD Negeri Kampung Sawah kondisinya sungguh sangat memprihatinkan. Ia melihat satu bangunan sebagai ruang guru dengan langit-langitnya memang benar-benar langit. Sehingga bila hujan turun, ruangan itu terguyur air hujan, basalah kursi-kursi yang ada di ruangan itu walaupun kursinya sudah tidak bagus lagi karena memang sudah benar-benar rusak. Bahkan lemari guru yang ada diruang kelas keadaannya sudah tinggal sepotong, karena lemari itu sudah keropos bagian bawahnya sehingga lemari itu dipotong dan tangan pintunya ada dibawah supaya lemari itu masih bisa digunakan.

Baca Juga  Momen Vina Yuliani Bantu Warga Kurang Mampu Mau Melahirkan

Melihat dinding-dinding kelas penuh dengan karya siswa yang dipajang. Ia sempat berpikir, kreatif sekali guru-guru untuk memajang hasil karya siswa. Namun, ternyata hasil karya yang dipajang itu hanya untuk menutupi tembok-tembok yang bolong, sehingga anak-anak kelas sebelah tidak mengintip melalui tembok yang bolong itu.

Diawal kegiatan yang dilakukan adalah membuat proposal untuk mendapatkan perhatian dari Dinas Pendidikan kota Bogor supaya merehab SD Negeri Kampung Sawah. Hal lain adalah bekerjasama dengan orang tua siswa untuk bersama-sama membangun sekolah. Saat itu komite sekolah kurang aktif. Maka dibentuklah komite sekolah yang baru yang benar-benar peduli kepada sekolah dan terpilihlah bapak R.Satriana,S.Pd.

Dengan bantuan komite maka terbangunlah ruang guru yang atapnya bukan langit lagi, tetapi benar-benar langit-langit. Sehingga ruang guru itu tidak banjir lagi jika turun hujan. Dengan berjalannya waktu terbangun juga ruang mushola dan perpustakaan.

Baca Juga  Perencanaan Pembangunan Kesehatan Dorong Peningkatan Status Kesehatan Masyarakat

“Miris lihatnya dengan keadaan sekolah yang seperti itu,” ujar Lilis Kustriani sambil berkaca-kaca.

Ketika SD Negeri Kampung Sawah sudah mulai terlihat bagus dan terawat, jumlah murid dari tahun ke tahun terus bertambah. Namun, yang menjadi kendala adalah ruang kelas yang kurang dikarena jumlah rombongan belajar ada 9 rombel sedangkan jumlah ruang kelas hanya ada 6, sehingga ada siswa yang masuk siang.

Kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri Kampung Sawah pun digiatkan, kegiatan lomba-lomba diikutsertakan. Walaupun hanya mencapai juara 3 dan juara harapan, tetapi cukup membuat orang tua dan anak-anak senang.

“Yang penting mereka (siswa) berani tampil didepan umum, sebab pengalaman yang tidak akan pernah terulang,” katanya sambil tersenyum.

Baca Juga  GovTech INA Digital Diluncurkan, Kota Bogor Siap Jalankan Arahan Presiden

* Di Mutasi Ke SDN Malabar kota Bogor *

Disaat SD Negeri Kampung Sawah sudah mulai bagus, Lilis Kustriani di mutasikan ke SD Negeri Malabar. Menurutnya, kondisi saat datang kesana memang keadaan ruang cukup baik. Ada 3 ruang yang masih bagus karena memang baru direhab. Kelas yang lain masih kondisi baik walau itu kelas yang lama.

“Jumlah ruang cukup banyak, ada 12 ruang , tetapi jumlah siswa lebih sedikit dari SD Negeri Kampung Sawah, sehingga ada ruang yang digunakan untuk tempat menyimpan alat-alat kesenian walaupun kondisi alat-alat itu sudah tidak bagus lagi karena tidak dipergunakan,” ungkapnya.

Pos terkait