SANGA.ID. Sosok yang ramah, murah senyum dan enerjik ini merupakan lulus sekolah pendidikan guru (SPG) tahun 1981. Menyandang sebagai Guru Teladan, Lilis Kustriani (60) mengawali karirnya sebagai guru Taman kanak-kanak Tunas Muda IV di Bogor dibawah naungan Hankam. Baginya mengajarkan anak-anak butuh kesabaran dan ketelitian serta kedisiplinan merupakan hal yang paling diutamakan bagaimana membangun kedekatan dengan murid-muridnya hingga melakukan hal yang sangat simpel namun berkesan.
“Saya merasa bersyukur menjadi bagian dari pegawai dilingkungan ABRI dari tahun 1981-1983 mengajar di TK Tunas Muda IV dan Alhamdulillah di tahun kedua mendapatkan kesempatan meraih juara ketiga sebagai guru teladan,” kenang Lilis Kustriani kepada harian Metropolitan belum lama ini di Bogor.
Berbekal pembinaan mengenai attitude dan keterampilan sebagai pengembangan pengetahuan, Lilis Kustriani mendaftar sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan diangkat per 1 Mei 1983. Ia pertama kali ditugaskan di SDN Papandayan 2 kota Bogor yang pada masa itu SDN Papandayan 1,2 dan 3 masih dalam satu komplek.
Lilis Kustriani bercerita, banyak pengalaman yang sangat menyenangkan di SDN Papandayan 2 kota Bogor kala itu, salah satunya ketika ikut serta dalam pelatihan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan Proyek Pengembangan (PPPG IPA) di Bandung. Pelatihan PPPG IPA dilaksanakan setiap tahun selama 5 tahun. Setiap selesai pelatihan IPA, maka disiapkan dan menyiapkan materi yang didapat untuk disampaikan kembali kepada guru-guru di kecamatan Bogor Utara.
Tidak hanya pelatihan IPA, pelatihan lain seperti kesenian yang menuntut supaya dapat menciptakan sebuah tarian bagi anak sekolah dasar untuk dilombakan. Saat itu lomba cipta tari yang diikuti oleh siswi SD Negeri Papandayan meraih Juara 1 tingkat Kota Bogor yakni “Tari Cikibung” yang menceritakan anak-anak perempuan mencuci baju dan mandi di sungai sambil bermain air.
pengetahuan ini didapatkan karena dirinya tak pernah menolak apabila Kepala Sekolah menugaskan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, sehingga keilmuan dan keterampilan dalam mendidik dan mengajar siswa siswi di sekolah selalu terus berkembang
“Hal yang sangat membahagiakan bagi saya apabila dapat mempersembahkan yang terbaik untuk sekolah tempat dimana mengajar,” ujar guru yang menggunakan hijab.
Disisi lain, Lilis Kustriani tidak hanya fokus di bidang mengajar, ia pun giat menulis, mengikuti berbagai perlombaan, menerbitkan buku hingga membuat lagu. Karya tulis itu ia dikirim ke media seperti “Bhineka Karya Winaya” atau “Mingguan Pelajar” yang sekarang media itu sudah tidak ada lagi.
Tak terlewatkan jika ada lomba menulis selalu berusaha untuk ikut meski tidak mendapat juara, setidaknya ada penghargaan bagi peserta lomba. Juara lomba menulis diperoleh di Jakarta sebagai perwakilan dari Dharma Wanita istri PLN Kramat Jati. Karya tulis itu mengenai Keluarga Berencana, yang diadakan oleh BKKBN Pusat.
“Mewakili Dharma Wanita Jakarta Timur saya mendapat juara 1 dan mewakili Kota Jakarta mendapat juara 3 tingkat Nasional,” ucapnya bangga.
Bahkan dari hobi menulis itulah dirinya membuat buku pelajaran. Contoh tulisan untuk buku pelajaran itu dikirim ke penerbit Erlangga bagian pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk buku pelajaran kelas 3.
“Tahun 1998 diterbitkanlah buku pelajaran IPS itu di kota Bogor,” kata Lilis Kustriani.
Kustriani melanjutkan, pada tahun 2000 dimutasi dari SD Negeri Papandayan ke SD Negeri Gunung Gede. Disana dirinya merasa harus memulai lagi dari awal setiap kegiatan, tetapi itu merupakan tantangan baginya bahwa menjadi guru harus baik dan kompeten.
Hobi menulis pun selalu dipupuk dengan banyak membaca buku-buku di perpustakaan dan membeli buku yang memang diperlukan. Karena menurutnya, media yang ada di dinas Provinsi Jawa Barat sudah tidak ada lagi, maka ia mengirim tulisan ke Radar Bogor yang kebetulan waktu itu masih baru pada Kolom opini yang ada di Radar Bogor membuatnya selalu ingin menulis dan mengirimkan tulisan.
“Sepertinya apapun ingin saya coba, begitu juga dengan menulis syair lagu. Sebagai rasa sayang kepada SD Negeri Gunung Gede maka saya coba membuat “Mars Gunung Gede” yang saat itu selalu dinyanyikan oleh siswa-siswi SD Negeri Gunung Gede setiap selesai Upacara Bendera,” tuturnya.