Sanggar Lawang Budaya Babel Raih Penata Rias, Busana Terbaik & 10 Penyaji Terbaik Parade Tari Nusantara 39 Nasional

Sanggar

SANGA.ID. Sanggar Seni Lawang Budaya Babel berhasil menoreh prestasi tingkat nasional dalam ajang Parade Tari Nusantara ke 39 TMII di Jakarta, Minggu (12/11/2023).

Melalui karya tari berjudul Bubung Tujuh, Sanggar Seni Pimpinan Wandasona Alhamd ini berhasil menyabet Penata Rias & Busana Terbaik atas nama Juwita Handayani dan 10 Penyaji terbaik.

Dari Raihan itu sekaligus mengokohkan posisi Sanggar Seni Lawang Budaya berada di peringkat 2 setelah Kalimantan Tengah yang berhasil meraih 10 penyaji terbaik, dan diikuti dengan Raihan penata Tari terbaik serta Penata Musik terbaik.

Peraih Penata Rias dan Busana terbaik Parade Tari Nusantara tingkat Nasional Juwita Handayani mengaku bangga dan terharu atas prestasi yang di toreh timnya.

Baca Juga  Doa Bersama Lintas Agama di Kota Bogor Jelang Pergantian Tahun

“Ini luar biasa ya kalau melihat lagi perjuangan kita mempersiapkan Parade Tari Nusantara ini dengan hasil yang kita raih, terharu rasanya, ini keberhasilan kita bersama, saya tidak akan bisa meraih ini tanpa penata tari dan penata musiknya juga para penari dan pemusiknya, ini hasil kekompakan dan kerjasama Tim,” ujarnya.

Diruturkan Wanda, Bubung Tujuh merupakan kisah yang sangat melegenda di tengah masyarakat Suku Mapur atau Urang Lom. Kisah itu di tuangkan dalam garapan Tari dengan koreografer Muhammad Rizky dan Penata Musik Wandasona Alhamd serta penata Rias & Busana Juwita Handayani.

Karya tari ini, kata Juwita adalah refresentasi simbol dari Bubung Tujuh sehingga gerak, musik dan juga rias serta busananya sangat memperhatikan kebutuhan tariannya

Baca Juga  Indomaret dan Baygon Ikut Galakkan PSN Bersama Jumantik Kota Bogor

“Jadi kalau model bajunya memang saya ambil dari baju kurung khas Bangka Belitung. Untuk pemilihan warna dan bentuk serta tata riasnya saya sesuaikan dengan kebutuhan tarian. Konsep Rias & Busana serta warnanya ini satu kesatuan dengan property yang di gunakan yakni menyimbolkan Bubung atau atap rumah orang mapur yang disebut memarong,” tuturnya.

“Secara visualnya kita perlihatkan dan kita sampaikan bagaimana Bubung Tujuh itu melalui simbol property yang kita buat, dan Rias serta busananya, selebihnya aksen – aksen yang mempertebal nuansa suku mapurnya dengan ikat pinggang kulit kayu,” imbuh Juwita.

Pos terkait