Pada Interactive Talkshow FIM-PII, Prof. Rokhmin Dahuri Prihatin Nasib Nelayan Indonesia

FIM

SANGA.ID. Forum Insinyur Muda Persatuan Insinyur Indonesia (FIM-PII) menggelar acara Young Engineer Festival (YEF) dengan tema “Collaboration With Nature to Build Sustainable Environment Through Blue Economy and Green Energy” di Auditorium Mataram, Kementerian Perhubungan Jakarta, Jumat (10/11) malam. YEF 2023 turut menghadirkan para pembicara ahli di bidang engineering, mulai dari kalangan akademisi, praktisi, hingga pemerintahan.

Sebagai narasumber pada Interactive Talkshow 2 : Optimizing Maritime Potential To Build A National Blue Economy, Ketua Gerakan Nelayan Tani Indonesia, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS berbicara sejauh mana perhatian kita kepada para nelayan? Setidaknya 15 sampai 25 persen nelayan dan pembudidaya kita tergolong miskin.

“Ini sebuah fakta yang harus diperhatikan dan diatasi,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri. Padahal, lanjutnya, Indonesia sebagai Negara kepulauan, yang luas wilayahnya ¾ merupakan laut di dalamnya terkandung potensi ekonomi yang cukup melimpah.

Baca Juga  Berdasarkan Bukti dan Fakta Eksekusi Lahan Perumahan GCC Sesuai Dengan Prosedur Hukum

Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi miskin pada nelayan dan pembudidaya. Di antaranya harga jual hasil tangkap yang terlalu murah dibanding dengan biaya produksi.

“Kuantitas produksi dari dua kalangan ini, terutama usaha kecil dan menengah, terlampau rendah dibandingkan pengusaha perikanan skala besar,” terangnya.

Menurutnya, banyak penyebab juga yang menyebabkan kuantitas tangkapan rendah. Sebagian besar usaha perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, dan perdagangan hasil perikanan dilakukan secara tradisional (low technology) dan berskala Usaha Kecil dan Mikro (UKM). Sehingga, tingkat pemanfaatan SDI (sumber daya insani), produktivitas, dan efisiensi usaha perikanan pada umumnya rendah.

Baca Juga  APK Parpol Dirusak, GP Ansor: Bawaslu Jangan Diam Saja

“Akibatnya, nelayan dan pelaku usaha lain miskin, dan kontribusi bagi perekonomian (PDB, nilai ekspor, pajak, PNBP, dan PAD) rendah,” sebut Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University itu.

Pos terkait